Google
 

Tuesday, April 1, 2008

BENING HATI – Menjadikan hidup lebih tenteram, nyaman, dan lapang

Penulis: KH. Abdullah Gymanstiar dan Basyar Isya

Penerbit: MQS Pustaka Grafika- 2001


Bagian Pertama- HATI KUNCINYA

Imam Syafi’i semasa menjadi santri pernah bertanya kepada gurunya. ” Wahai, guru.. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya, bahkan cepat lupa?”

Sang Guru menjawab ” Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih”.

Artinya: Ilmu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya. Sekiranya hati kita telah bercahaya, Subhanallah, hidup ini benar-benar akan terasa indah, nyaman, lapang dan tenteram...

1. Ilmu Pembersih Hati

”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-Mujaadilah: 11).

Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla.

”Katakanlah ’ Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)’” (QS. Al-Kahfi: 109).

”Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah kering(nya), niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Luqman: 27).

Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan duniawi dan tidak pernah digunakan untuk menzalimi sesama.

Semakin bersih hati, akan semakin dipekakan pula oleh Allah untuk mencari ilmu.

Bila mendapati air yang kita timba dari sumur tampak keruh, kita akan menambahkan tawas untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu, kita harus mencari ilmu yang dapat menjadi ”tawas” nya.

Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh-Nya untuk mendapatkan ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk lebih ber-taqarrub kepada-Nya.

2. Bila Hati Bercahaya

”Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang yang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka yang telah ada” (QS. Al-Fath: 4).

Di antara yang penting diperhatikan sekiranya ingin dicintai Allah adalah bahwa kita harus zuhud terhadap dunia ini. Sabda Rasulullah: ”Barangsiapa yang zuhud terhadap urusan dunia, niscaya Allah mencintainya, dan barangsiapa zuhud terhadap apa yang di tangan manusia, niscaya manusia mencintainya”.

Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak menjadi jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan tidak tertulis, tetapi dia Maha Tahu segala kubutuhan kita.

”Adakalanya nuur Ilahi itu turun kepadamu” tulis Syeikh Ibnu Atha’ilah dalam kitabnya Al-Hikam, ’tetapi ternyata hatimu penuh dengan keduniaan, sehingga kembalilah nuur itu ke tempatnya semula. Oleh sebab itu, kosongkanlah hatimu dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Allah akan memenuhinya dengan ma’rifat dan rahasia-rahasia”.

”Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing (seorang hamba) kepada cahaya-Nya siapa yang Dia Kehendaki...” (QS. An-Nuur: 35).

Bagian Kedua- IKHTIAR MERAWAT HATI

Begitu panjangnya rentang waktu yang harus dijalani seorang ibu dalam menanggung segala beban anaknya, namun toh tidak membuat ia menagih upah pada anaknya. Mengapa? Ini dikarenakan sang ibu memiliki hati nurani yang cemerlang. Siapapun yang merindukannya, hendaknya senantiasa merawatnya dari debu-debu iri, dengki, riya, takabur, dan sebagainya.

3. Selalu Menata Hati

”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya” (QS. Al-Israa: 36).

Kalbu yang senantiasa tertata, terpelihara, serta terawat dengan sebaik-baiknya, pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang, tenteram, sejuk, dan indanya hidup di dunia ini. Semua ini akan tersemburat juga dalam setiap gerak-geriknya, perilakunya, tutur katanya, sunggingan senyumnya, tatapan matanya, riak air mukanya, bahkan diamnya sekalipun. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenteram dan menenteramkan, tenang dan menenangkan. Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan pagi hari, jernih bersinar, sejuk dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan merindukan Dzat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah azza wa Jalla.

Tantangan apapun yang dihadapinya, seberat apapun, diterimanya dengan ikhlas. Diahadapinya dengan sunggingan senyum dan lapang dada. Baginya tak ada masalah yang tak dapat terselesaikan. Baginya tak ada masalah dengan masalah sebab yang menjadi masalah adalah caranya yang salah dalam menyikapi masalah.

4. Memperindah Hati

”Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesunggunya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. Asy-Syams: 9 – 10)

Imam al-Ghazali menggolongkan hati ke dalam tiga golongan: hati yang sehat (qalbun shahih), hati yang sakit (qalbun maridh), dan hati yang mati (qalbun mayyit).

Bagi orang yang berhati bersih, persoalan akan menjadikannya bertambah ilmu, bertambah ganjaran, bertambah derajat kemuliaan, sehingga tidak pernah resah, kecewa, dan berkeluh kesah karena menyadari bahwa persoalan merupakan bagian yang harus dinikmati dalam hidup. Tidak ada putus asa bagi orang yang berhati bersih. Tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang ada hanya kejernihan dan keindahan hati. Ia amat yakin dengan janji Allah, ” Laa yukallifullahu nafsan illaa wus’ahaa” (QS. Al-Baqarah: 286). Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali dengan kesanggupannya. Pasti semua yang menimpa sudah diukur oleh-Nya.

Memang luar biasa orang yang memiliki hati yang bersih. Nikmat datatng tak pernah membuatnya lalai dari bersyukur, sementara sekalipun musibah menerjang, sama sekali tidak pernah mengubah keyakinan akan curahan kasih sayang-Nya. Semua itu dikarenakan ia bisa menyelami sesuatu secara lebih dalam atas musibah yang menimpa dirinya, sehingga tergapailah sang mutiara hikmah. Subahanallah...

5. Memperindah Hati Nurani

”Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka.. (QS. Al-Hajj: 34-35).

Bagaimana caranya agar kita mampu senantiasa membuat hati nurani ini tetap bercahaya?

Secara umum solusinya adalah, kita harus senantiasa berjuang sekuat-kuatnya agar hati ini jangan sampai terlalaikan dari mengingat Allah. Mulailah dengan mengenali apa yang ada pada diri kita, sehingga ikhtiar ini mudah-mudahan menjadi jalan bagi kita untuk dapat lebih mengenal Allah, Dzat yang telah menciptakan dan mengurus diri kita.

Dialah satu-satunya Dzat Maha Pembolak-balik hati, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk Membalikkan hati yang redup dan kusam menjadi terang benderang dengan cahaya-Nya. Wallahu a’lam...

6. Hati yang Selamat (Qalbun Salim)

”Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat” (QS. Asy-Syu’ara: 88 – 89).

Qalbunsalim (hati yang selamat) adalah hati yang terbebas dari jeratan memperturutkan hawa nafsu untuk menyalahi perintah Allah. Ciri-cirinya, antara lain adalah hidupnya diselimuti mahabbah (kecintaaan) dan tawakkal kepada Allah. Tidaklah heran manakala ia mencintai sesuatu, maka cintanya semata-mata karena Allah.

Orang yang memiliki hati yang selamat hari-harinya akan dihiasi ikhtiar yang pebuh semangat, tetapi hatinya tidak pernah sengsara oleh ikhtiarnya. Tubuh seratus persen ikhtiar, hati seratus persen tawakkal, akal seratus persen diasah agar senantiasa beramal sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Subhanallah.. Dzat yang Maha Pembolak-balik hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu dan ketaatan atas segala perintah-Mu..

Bagian Ketiga – JAGALAH PERILAKU, HATI PUN BENING

Aneka perilaku yang kurang terjaga ternyata membuat hati kita kesat, kusam, dan kotor. Hati yang bening niscaya akan datang dari perilaku yang terjaga.

7. Menahan Pandangan

Orang yang hanya melihat ke atas dalam urusan duniawi, hatinya akan cepat kotor dan hancur. Sebaliknya, kalau tunduk dalam melihat dunia dan tengadah dalam melihat Kemahaagungan serta Kemahabesaran Allah, maka tidak bisa tidak, kita akan menjadi orang yang memiliki hati bersih dan selamat.

Berbahagialah orang yang senang melihat kebahagiaan orang lain. Tatkala melihat orang yang tidak baik kelakuannya, ia segera mahfum bahwa manusia itu bukanlah malaikat. Di balik semua kekurangan yang dimilikinya, pasti ada kebaikannya. Perhatikanlah kebaikannya itu, sehingga akan timbul rasa kasih sayang di hati.

Sungguh berbahagialah orang yang pandai memelihara pandangannya karena ia akan dapat merasakan nikmatnya kebeningan hati. Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Maha Pembolak-balik hati. Sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk menolong siapapun yang merindukan hati yang bersih dan bening sekiranya ia berikhtiar sungguh-sungguh. Wallahu a’lam bishawwab.

8. Menjaga Lisan

”Setiap ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (bukan memberi manfaat), kecuali kata-kata berupa amal ma’ruf nahyi munkar (memerintahkan kebaikan, melarang kemunkaran) dan dzikrullah Azza wa Jalla (mengingat Allah Azza wa Jalla)” (HR. Tirmidzi)..

Lidah tanpa tenaga dan tanpa biaya bisa kita gerakkan setiap saat. Barangsiapa di antara kita terlampau banyak bicara akan sangat cepat mengeraskan hati. Orang yang paling beruntung di dunia ini adalah ”fal yaqul khairan au liyashmut” – orang yang sangat bisa memperhitungkan setiap kata-katanya. Barangsiapa yang berpikirnya lebih banyak daripada bicaranya, insya Allah, kata-katanya akan membersihkan hati.

9. Memelihara Perut

”Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (QS. Al-Baqarah: 172).

Bagi yang ingin memiliki hati yang bersih, ia baru mau menyantap suatu hidangan bila jelas-jelas meyakini kehalalannya. Ini disebabkan satu kali makanan haram masuk ke dalam perut, 40 hari amalnya tidak diterima. Kalau menjadi daging, maka haramlah ia masuk surga. Oleh sebab itu, waspadalah dengan makanan karena biasanya timbulnya hal-hal yang menurunkan kualitas keimanan, disebabkan oleh masalah perut.

10. Memilih Pergaulan

”Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang keras. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Al-Mujaadilah: 14 – 15).

Bergaul dengan orang-orang yang mengenal Allah, akan senantiasa tawashau bil haqqi wa tawashau bishshabr. Mereka akan selalu berupaya saling tolong menolong, serta agar teman-temannya menjadi baik dan semakin baik. Mereka tidak saling memposisikan diri menjadi beban satu sama lain, tetapi justru ingin saling meringankan. Mereka akan selalu berusaha agar sahabatnya semakin mulia dan semakin selamat di sisi Allah.

Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa menitipkan sahabat-sahabat dan lingkungan yang akan memelihara iman dan amal-amal kita. Aamiin...



-- Mari membaca buku..!! --

No comments: